Lamongan.NEODEMOKRASI.COM. Sejarah perjalanan bangsa ini tak bisa lepas dari kontribusi besar para kyai, tokoh agama dan santri di masa lalu. Fatwa Resolusi Jihat KH Hasyim Asy’ari yang menyerukan bahwa perang hukumnya fardhu ain(wajib untuk semua) memantik semangat perjuangan santri dan arek arek Surabaya bangkit melawan kolonial Sekutu. Atas jasa jasa merekalah, negeri ini bebas dari cengkeraman penjajah. Sejarah ini pula yang akhirnya diapresiasii pemerintah dengan mensahkan Kepres Nomor 22 Tahun 2015 yang menetapkan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. Tingginya patriotisme dan nasionalisme para kyai dan santri bisa diruntut dari buku sejarah di mana keterlibatan kyai yang selalu menjadi tokoh sentral dalam setiap pertempuran melawan penjajah.
Memasuki peringatan HSN ke tujuh tahun, peran pesantren dan santri semakin tak bisa dilepaskan dan proses jalannya pembangunan baik tingkat daerah, propinsi maupun pusat. Hakikat perjuangan adalah upaya untuk merubah segala sesuatu yang kurang baik menjadi lebih baik dan terus mererus berprogres menuju arah penambahan penambahan kualitas yang lebih tinggi. Konsep perjuangan di era kekinian sudah bergeser jauh dari perang fisik yang menggunakan senjata. Tapi bagaimana berpartisipasi dalam mendukung, mengisi dan turut andil dalam setiap program yang dicanangkan pemerintah, serta berperan signifikan dalam upaya menjaga keutuhan dan kesatuan NKRI.
“Karena sudah tidak ada perang, perjuangan santri dan generasi muda saat ini adalah melawan musuh akut yang ada dalam diri kita yang jadi kendala untuk maju. Yakni, loyonya semangat dan iman dalam diri, malas, komitmen belajar yang rendah, sensitifitas yang kurang, kedepedulian sosial yang minim dan rendahnya self convident . Hal ini ditambah kondisi ekonomi yang parah akibat diterjang pandemi yang meluluh lantakkan seluruh aspek kehidupan. Jadi masih banyak PR yang perlu dicarikan solusinya. Ini butuh gerak dan aksi cepat. Keterlibatan santri dalam pembangunan akan mengantar negeri ini menjadi negeri yang rohmatan lil alamin dan diberkahi” kata Dr Ahmad Iwan Zunaih, politisi muda Nasdem yang berangkat dari dapil Jatim XIII meliputi Gresik dan Lamongan.
Tema besar Santri Siaga Jiwa dan Raga yang diusung pada peringatan HSN 2021 ini memiliki makna bahwa santri di seluruh Indonesia harus selalu siap siaga untuk menyerahkan jiwa dan raga guna membela tanah air, mempertahankan persatuan Indonesia, dan mewujudkan perdamaian dunia. Sementara tema HSN tahun lalu Santri Siaga Jiwa dan Raga lebih mengesankan konrtribusi riel para santri dalam pesantren yang besar dalam upaya penanganan pandemi . Bagaimana peran pesantren yang mendukung target herd community penerintah dengan taat prokes dan program percepatan vaksinasi di seluruh pesantren yang ada di Jatim
Lulusan Universtas Az Zaitunah, Tunisia, ini berpesan agar santri tidak melulu fokus berkutat hanya di bidang keagamaan dan politik saja. Tetapi hendaknya merambah bidang bidang ilmu pengetahuan lain sehingga mampu berkontribusi dalam berbagai aspek kehidupan. Sehingga memberikan nilai manfaat lebih.
“Ke depan saya berharap santri makin berbenah bertranformasi menjadi santri yang adaptif terhadap kebutuhan zaman. Melek tehnologi, mahir digitalisasi, piawai membidangi ilmu khusus, intinya santri berkemajuan agar mampu memenangkan persaingan zaman. Hadirnya pesantren pesantren virtual, efektif mengantipasi maraknya propaganda dari kelompok Islam radikal melalui medsos. Kemampuan menguasai tehnologi informasi yang mumpuni bagi santri maka ia akan mampu berperang secara virtual untuk melibas konten konten yang nerussaha menyusupkan ideologi yang bertentangan dengan Pancasila dan jati diri bangsa. Santri harus semakin produktif mengimbangi produk konten untuk menetralisir serbuan konten negatif. Hal ini sebagai bentuk kontribusi santri terhadap stabiilitas dan keamanan generasi muda dari pengaruh kelompok-kelompok radikal. Karena ini sangat berbahaya baik bagi pengaksesnya, maupun nasib ke depan bangsa ini. Ke depan bagaimana pesantren mampu mencetak santri yang solutif bagi problem bangsa dan adaptif terhadap tuntutan zaman”. tutur anggota komisi B DPR Jatim ini, (nora) .