Neo-Demokrasi
Opini

Siapkah Dunia Pendidikan Menyambut New Normal

Oleh: Anang Subardjo

Covid-19 menjadi momok yang mengerikan bagi hampir seluruh penjuru dunia. Tidak peduli negara maju, berkembang, maupun sedang berkembang. 213 negara seluruh dunia yang terinfeksi sebesar 6,48 juta orang positif terinfeksi Covid 19. Data ini  pertanggal 3 Juni 2020, meninggal 382.368 pasien dan 3.010.483 dinyatakan sembuh.

Perkembangan kasus Covid-19 di Indonesia untuk kasus positif sudah mencapai 27.549, meninggal 1.663, dan telah menjangkau 417 kabupaten-kota diseluruh Indonesia.

Keberadaan Covid-19 menimbulkan banyak kontroversi tentang asal muasal dari Amerika atau China. Kedua negara tersebut memiliki laboratorium pengembangan virus. Kedua negara itupun saling tuding yang menyebarkan virus. Belum lagi banyak pengamat politik yang mendasarkan teori konspirasi yang membuat Covid-19 adalah 3 negara, yaitu Amerika, China, dan Israel yang bekerja sama dengan pabrik farmasi yang membuat vaksin. Tapi kenyataannya sampai sekarang vaksin tersebut belum ada.

Padahal dampak Covid-19 utamanya di Indonesia telah menyasar disemua sektor. Seperti contoh dunia pendidikan, industri pariwisata,  hotel, serta restoran yang paling berdampak. Jika terus berlanjut, maka Indonesia akan mengalami krisis.

Pemerintah telah menyadari bahwa Covid-19 sulit untuk dihilangkan, dan kehidupan harus terus berjalan. Sehingga presiden menyatakan “kita harus berdamai dengan Covid-19” dengan tatanan kehidupan baru sehari-hari (budaya baru) dengan mengistilahkan new normal.

Orang boleh beraktivitas di luar rumah dengan normal, tetapi menggunakan protokol yang sudah ditentukan misalkan harus menjaga jarak 2 meter, menggunakan masker, dan pelindung muka (face shield) dan mencuci tangan.

Tentunya hal ini menjadi syarat mutlak yang harus dilakukan setiap orang dan jika ada pelanggaran harus ada sanksi yang tegas. Jangan sampai ada kasus seperti di Jawa Timur. Ada seorang pemuka agama yang melanggar PSBB malah marah-marah.

Beberapa hari berikutnya malah penidak pelanggaran minta maaf. Bahkan cium tangan dan berangkulan. Setelah itu, diajak makan malam dengan kepala pemerintahan, meskipun tidak tahu apa yang dibicarakan. Tetapi ini menunjukkan kesan pemerintah tidak tegas.

Nah, bagaimana dunia pendidikan menghadapi tatanan kehidupan baru (new normal) untuk memulai ajaran baru di bulan Juli dengan face to face. Menurut saya hal ini bisa dilakukan tetapi tidak akan maksimal seperti sebelum ada Covid-19. Selain itu, harus dilakukan dengan hati hati dengan tingkat protokol yang ketat. Artinya diperlukan sinergisitas antara guru, orang tua, dan petugas medis di sekolah. Mereka harus selalu mengingatkan anak didiknya bahaya Covid-19 jika tanpa menjaga jarak dengan teman, tanpa cuci tangan, dan tanpa menggunakan masker.

Sebenarnya orang tua tetap berharap tahun ajaran baru tetap menggunakan daring. Meskipun pengalaman sebelumnya, pembelajaran melalui daring dimasa pandemi Covid-19, orang tua yang memiliki putra-putri yang sekolah di SD dan SMP ikut sibuk. Bahkan pusing untuk membantu kelancaran proses belajar mengajar.

Di pendidikan tinggi utamanya swasta, pengalaman proses belajar mengajar melalui daring banyak kesulitan yang dihadapi dan tidak maksimal. Utamanya mahasiswa sangat keberatan jika perkuliahan melalui Zoom atau Google Meet dengan berbagai alasan yang dilontarkan. Seperti menambah beban pulsa, jaringan yang sulit karena sudah pulang kampung, sehingga sebenarnya juga tidak efektif.

Alasan orang tua yang keberatan jika tahun ajaran baru dilakukan dengan face to face (new normal) karena tidak ada yang menjamin putra-putri mereka jika tertular Covid-19. Bahkan survei yang dilakukanoleh Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) dengan responden orang tua, guru, dan peserta didik di 34 provinsi, hasilnya menunjukkan 85,5 persen orang tua takut jika sekolah dibuka lagi. Sedangkan 14,5 persen orang tua tidak kuatir jika sekolah dibuka kembali.

Apalagi pandemi Covid-19 di Indonesiayang juga tidak mengalami penurunan. B ahkan masih meningkat meskipun tingkat kesembuan meningkatdrastis.Tetapi apapun alasannya anak didik pada akhirnya harus tetap kesekolah atau kampus mereka karenaproses pembelajaran yang efektif adalah melalui face to face.

Apalagi tidak semua daerah yang terjangkaudengan internet dengan kecepatan yang sama dengan perkotaan. Mungkin sekolah atau kampus akanagak sulit untuk beradaptasi. Tetapi paling tidak sekolah atau kampus harus mempersiapkan kondisisekolah dan perilaku hidup sehat. Rekomendasi dari WHO serta UNICEF diantaranya:

– Siswa, guru dan staf yang sakit tidak boleh datang ke sekolah

– Sekolah harus memberlakukan cuci tangan dengan air bersih dan sabun, alkohol, melakukan disinfektan harian, dan pembersihan disetiap ruangan kelas,disinfektan gedung sekolah. Terutama fasilitas air dan sanitasi setidaknya sekali sehari terutama permukaan yang disentuh oleh banyak orang

– Sekolah harus menyediakan fasilitas air, sanitasi dan pengelolaan limbah dan mengikuti prosedur pembersihan dan dekontaminasi lingkungan

– Sekolah harus mensosialiasasikan physical distancing (membatasi kelompok besar datang bersama-sama) baik di awal waktu istirahat dan waktu pulang. Jika dimungkinkan buat ruangmeja anak didik untuk berjarak setidaknya satu meter terpisah.

– Mengajar dan model menciptakan ruang dan menghindari sentuhan yang tidak perlu.

– Tetapkan prosedur jika siswa atau staf menjadi tidak sehat

– Merencanakan dengan otoritas kesehatan setempat, staf kesehatan sekolah dan memperbaharui daftar kontak

– Pastikan prosedur untuk memisahkan siswa dan staf yang sakit dari mereka yang sehat tanpa menciptakan sitgma dan proses untuk menginformasikan orang tua/pengasuh, dan berkonsultasi dengan perawat kesehatan

– Penyedia/otoritas kesehatan sedapat mungkin merujuk anak didik atau staf ke fasilitas kesehatan tergantung pada situasi/konteksnya, atau dipulangkan.

– Memanfaatkan komite orang tua-guru dan mekanisme lain untuk menyosialisikan informasi berbagi.

– Pastikan juga untuk menjawab pertanyaan dan masalah anak didik.  Termasuk melalui pengembangan materi yang ramah siswa seperti poster yang dapat ditempatkan di papan pengumuman di tempat yang biasa dilihat, toilet.

Maka sangat penting bagi sekolah untuk membuat daftar periksa (checklist) bagi administrator sekolah, guru dan staf, yaitu:

– Sosialisasikan dan peragakan cuci tangan secara teratur dan perilaku kebersihan yang positif dan memonitor pemahaman mereka. Pastikan toilet yang memadai, bersih, dan terpisah untuk siswa perempuan dan laki-laki. Pastikan sabun dan air bersih tersedia di tempat yang tersedia. Mendorong untuk melakukan pencucian yang sering dan menyeluruh (setidaknya 20 detik). Tempatkan [emberish tangan di toilet, ruang kelas , aula, dan dekat pintu keluar.

– Bersihkan dan disinfeksi bangunan sekolah terutama ruang kelas, air dan sanitasi setidaknya sekali sehari. Terutama permukaan yang disentuh oleh banyak orang (pagar, meja makan siang, peralatan olahraga, pegangan pintu dan jendela, pengajaran dan alat bantu belajar).

– Pastikan sampah dibuang setiap hari dan dibuang ditempat yang aman

Jika sekolah siap dengan prosedur dan aturan seperti yang diuraikan WHO dan UNICEF, makasekolah siap dengan memperlakukan proses belajar melalui face to face dengan prosedur kehidupan baru (new normal).

Saya kira yang mampu untuk melaksanakan prosedur tersebut hanya sekolah-sekolah diperkotaan dengan fasilitas yang sudah memadai. Tetapi bagi sekolah-sekolah di daerah-daerah, tentunya sangat membutuhkan dana besar untuk menyesuaikannya. Apalagi dengan kondisi pandemi Covid-19 hampir semua anggaran dipangkas. Tidak kecuali dunia pendidikan untuk dialihkan menangani Covid-19.

Untuk itu, mari kita siapkan mulai sekarang untuk pembelajaran face to face dengan budaya baru (new normal) sambal menunggu aturan dan prosedur pelaksanaannya dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sambil diiringi dengan memanjatkan doa supaya wabah Covid-19 cepat berlalu dan memulai pendidikan disekolah dengan new normal karena kalau tidak cepat dilakukan pendidikan di Indonesia akan menurun dan semakin tertinggal.(*)

Related posts

Inkonsisten Dumping di Alur Pelayaran

Rizki

Pembelajaran Daring yang tidak Sekadar tentang Nilai Bagus Semata

neodemokrasi

Peran Budaya dan Gaya Hidup dalam Mendongkrak Bisnis Komoditas Kopi di Indonesia

neodemokrasi