Neo-Demokrasi
Politik Pemerintahan

Mengenal Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM)

Dr. Nur Laily, M.Si
Dosen Tetap STIESIA Surabaya

Pandemi Covid-19 tidak hanya menimbulkan dampak negatif dalam kehidupan bermasyarakat, ada celah positif yang dapat kita ambil hikmahnya. Seperti halnya percepatan era digitalisasi di tanah air. Bekerja, belajar dan berdoa dari rumah menjadikan hal yang biasanya formal harus bertatap muka menjadi lebih fleksibel dengan memanfaatkan internet. Manusia seakan akan diarahkan memasuki fase baru untuk menjadi pribadi yang tanggap akan segala arus informasi dan berbagai lonjakan modernisasi, agar tidak menjadi pribadi yang primitif dan tertinggal.

Perubahan ekonomi, sosial, dan budaya terus melaju cepat, perguruan tinggi harus cepat tanggap dalam merespons hal tersebut dan melakukan berbagai transformasi pembelajaran untuk membekali dan mempersiapkan lulusan yang unggul, kompeten, berbudaya, dan berkarakter serta mampu menghadapi tantangan zaman
Beragam tantangan tengah dihadapi, baik itu global maupun nasional, tidak terlepas dari pendidikan tinggi berkualitas dalam menyiapkan SDM unggul yang mampu bersaing secara global.

Perguruan tinggi harus beradaptasi dengan cepat dalam menyiapkan skill dan kompetensi baru mahasiswa supaya dapat menjawab beragam tantangan yang dihadapi. Dalam rangka merespons tantangan tersebut, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim meluncurkan kebijakan untuk perguruan tinggi yang dikenal dengan “Merdeka Belajar – Kampus Merdeka” pada Januari 2020 lalu. Merujuk pada Permendikbud Nomor 3 Tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran dan lulusan perguruan tinggi, konsep yang ditawarkan mas Menteri ini bertujuan mengajak seluruh perguruan tinggi di Indonesia untuk membangun rencana strategis dalam mempersiapkan kompetensi mahasiswa secara matang untuk lebih sigap dan siap dengan kebutuhan zaman.

Kampus merdeka pada dasarnya menjadi sebuah lanjutan dari sebuah konsep yang sebelumnya yaitu merdeka belajar yang mengedepankan para akademisi secara mandiri dapat menentukan apa yang terbaik dalam hal menggunakan anggaran serta mengelola pendidikan lebih fleksibel dan tidak terbelit biroksasi. Empat kebijakan yang ada didalam penerapan kampus merdeka yaitu : mengubah PTN Satker (Perguruan Tinggi Negri Satuan Kerja) menjadi PTN BH (Perguruan Tinggi Negri Berbadan Hukum), adanya penyederhanaan pada akreditasi perguruan tinggi, kemudahan pembukaan  program studi baru, adanya kegiatan  belajar bagi mahasiswa untuk mengambil tiga semester diluar kampus.

Selain itu, program kampus merdeka sendiri memiliki 8 program merdeka belajar untuk mahasiswa: Pertukaran pelajar, magang/praktik kerja, asisten mengajar, penelitian, proyek kemanusiaan, kegiatan wirausaha, studi/proyek independen, membangun desa/KKNT. Manfaat Kampus Merdeka- merdeka belajar adalah  memberikan peluang bagi mahasiswa untuk dapat mengambil 1 semester (lintas program studi) dan 2 semester (untuk experiental learning). Kegiatan di luar kampus (di perusahaan sebagai trainee atau intern tentu) memberi pengalaman kerja yang amat berharga bagi mahasiswa yang akan membentuk hard skill dan soft skill yang menjadi bagian dari kompetensinya setelah lulus. Membangun SDM unggul yang dapat berpikir secara menyeluruh (holistik) dari sisi sikap, keahlian, dan pengetahuan.  Ini artinya kompetensi mahasiswa tidak bisa hanya disiapkan di kampus saja, melainkan mahasiswa harus mengalami sendiri dunia kerja yang sesungguhnya sehingga lebih siap untuk memasuki dunia kerja setelah lulus. Kampus Merdeka bertujuan untuk membekali mahasiswa dengan pengalaman dan kompetensi  yang terhubung dengan kebutuhan dunia kerja dan dinamika era revolusi industri 4.0

Secara umum, seperti yang tercantum pada buku pedoman merdeka belajar-kampus merdeka Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2020, tentang tujuan kebijakan merdeka belajar-kampus merdeka program adalah untuk meningkatkan kompetensi lulusan, baik soft skill maupun hard skill. Kedepannya, mahasiswa terbentuk lebih siap dan berkemampuan relevan dengan kebutuhan zaman, menyiapkan lulusan sebagai pemimpin masa depan bangsa yang unggul dan berkepribadian. Program-program experiental learning dengan jalur yang fleksibel diharapkan akan dapat memfasilitasi mahasiswa mengembangkan potensinya sesuai dengan passion dan bakatnya.*

Related posts

Presiden LSN Muhammad Fawait Anugerahkan Gelar Kehormatan untuk Gibran Rakabuming

neodemokrasi

Hasil Pajak Dikembalikan untuk Pembangunan Infrastruktur

neodemokrasi

Muzammil Syafii : “Antisipasi Munculnya Benih Radikalisme dengan Tingkatkan Pemahaman Nilai Nilai Pancasila.”

neodemokrasi