Neo-Demokrasi
Opini

Manajemen Waktu (dan Manajemen Hikmah) dalam Pandemi Covid-19

Oleh: Mohammad Faisal, S.Pd., M.Pd

Mulai akhir Maret sampai sekarang, Indonesia menghadapi cobaan yang mengharuskan semua elemen masyarakat bersabar. Bersabar untuk menjaga diri dengan stay at home or work from home dan menjaga lingkungan sekitar dengan physical distancing or social distancing; dari penyebaran virus yang lebih dikenal dengan Corona.

Berbagai macam usaha, baik dari yang represif, edukatif, maupun adaptif diterapkan pemerintah beserta rakyat. Dari tenaga medis hingga buruh pabrik bersama sama menerapkan protokoler cuci tangan, jaga jarak, pakai masker dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Semua hal tersebut tidak selalu berjalan dengan baik. Masih banyak orang yang meremehkan akan pentingnya cuci tangan dan memakai masker. Masih ada beberapa orang ketika berkumpul tidak menjaga jarak. Sayangnya, masih sedikit orang yang mempunyai kepedulian terhadap sesama. Hal ini dibuktikan dengan rasa acuh tak acuh antarwarga ketika melihat salah satu dari mereka tidak mematuhi protokoler yang telah disepakati bersama.

Hal-hal inilah yang mengakibatkan semakin banyaknya korban yang meninggal akibat terpapar virus yang tidak terlihat di lingkungan sekitar. Bahkan ada satu keluarga yang terkena Corona. sehingga harus dikarantina mandiri di rumah mereka.  Ketika tidak memungkinkan, mereka ditempatkan di rumah sakit rujukan pasien Covid-19.

Melihat persebaran virus yang cepat, pemerintah setempat mau tidak mau harus menjalankan PSBB. Dengan adanya PSBB, segala sektor terkena dampaknya. Terutama sektor ekonomi yang berpengaruh secara signifikan dalam kehidupan bermasyarakat.

Secara tidak langsung, mulai muncul tindakan kejahatan yang berawal dari penghasilan yang berkurang atau tidak adanya penghasilan. Menyikapi hal ini, pemerintah pusat maupun daerah merealokasikan dan menfokuskan anggaran mereka terhadap bantuan sosial masyarakat. Baik yang tunai atau nontunai serta pembelian alat-alat medis atau kesehatan yang bisa mendukung pencegahan Covid-19 dan penangganan korban secara maksimal.

Untuk pemberian bantuan tunai maupun nontunai, tidak bisa selamanya dilakukan. Masyarakat tidak boleh bergantung seluruhnya kepada pemerintah. Sedangkan untuk pembelian seperti masker, hand sanitizer, face shield dan yang lainnya pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Pihak-pihak swasta maupun para donator memberikan sumbangsihnya untuk masyarakat.

Oleh karena itu, manajeman waktu perlu diterapkan di seluruh elemen masyarakat. Dalam hal ini, mereka semua harus memanfaatkan waktu dengan melakukan hal-hal yang efisien; tidak seharusnya berdiam diri atau rebahan secara terus menerus.

Mengutip perkataan Aa Gym, dai kondang, dengan prinsip 3M:  yaitu mulai dari yang kecil, mulai dari diri sendiri, dan mulai dari sekarang. Manajemen waktu sangatlah diperlukan dalam menghadapi pandemi Covid-19. Kita mulai dari yang kecil.

Prinsip pertama ini, perlu kita lakukan ketika bingung mau melakukan apa. Lakukanlah apa yang bisa kita lakukan. Jangan harap apa yang kita lakukan bisa besar manfaat. Jika tidak kita mulai dari memberikan manfaat yang kecil. Selanjutnya, kita mulai dari diri sendiri.

Dengan kata lain, sebelum kita menginginkan orang lain melakukan sesuatu, lebih baik terlebih dahulu memberikan contoh. Dengan memberi contoh, insya Allah orang lain akan tertarik melakukan apa yang kita lakukan. Sedangkan untuk yang terakhir, mulai dari sekarang.

Orang bijak bilang, “Jangan menunda apa yang bisa kamu lakukan hari ini” Kita harus berani memulai. Insya Allah setelah kita bisa memulai, untuk tahapan berikutnya akan lebih mudah menjalaninya.

Dari ketiga M tersebut, waktu yang kita lewati tidak akan sia-sia, melainkan akan memberi manfaat untuk diri sendiri dan lingkungan sekitar. Dengan kata lain, ketika seluruh elemen masyarakat bisa mengelola waktunya dengan baik. Proses pengembalian dari situasi yang tidak normal menjadi kembali normal akan bisa terealisasi.

Bahkan seperti sekarang ini situasi new normal yang dilakukan beberapa pemerintah setempat akan menjadi back to normal jika kita semua disiplin mengatur waktu dengan baik. Insya Allah.

Selain manajemen waktu, manajemen hikmah juga seharusnya dilakukan. Segala protokoler yang diterapkan akan berjalan lebih mudah dan alami ketika semua pihak dapat memetik hal positif atau mengambil hikmah dari pandemi Covid-19.

Jika biasanya kita harus bertatap muka saat berbisnis, mengajar peserta didik, bertransaksi jual beli dan melakukan hal-hal yang bersifat sosial, akhirnya harus diganti melalui media online atau daring (dalam jaringan).

Untuk menyikapi perubahan tersebut dengan positif, kita harus memulai melakukan manajemen hikmah. Di mulai dengan berprasangka baik terhadap sebab maupun akibat dari wabah Covid-19. Saat kita sadar bahwa segala sesuatu di dunia ini pasti ada sebab dan akibatnya. Penerimaan yang kita dapatkan akan berdampak pada apa yang kita lakukan selanjutnya.

Ketika kita bisa menerima bahwa penyebab dari Covid-19 dikarekan kita meremehkan perilaku hidup sehat, insya Allah kita bisa menerima akibat yang terjadi. Yaitu salah satunya tidak bisa terlalu bebas untuk berkumpul.

Dengan demikian, kita akan berlatih untuk melakukan hal-hal bermanfaat saat menggunakan media online atau daring ketika beraktivitas sehari hari. Salah satu hal yang bermanfaat yang bisa dilakukan, yaitu mulai mengembangkan potensi usaha kreatif yang lahir karena tuntutan keadaan.

Sedangkan, agar bisa continue atau berkelanjutan, pengembangan usaha kreatif tersebut harus disertai dengan manajemen hikmah yang konsisten. Terus berpikir positif ketika bisnis yang dilakukan masih sepi pelanggan. Menjaga pikiran tetap positif ketika masih banyak kerugian yang terjadi. Selalu mengevaluasi dan mengobservasi apa yang masih kurang atau memerlukan perbaikan. Hal ini semua kita lakukan dengan terus istiqomah dengan berpikiran positif.

Sedangkan dalam bermasyarakat, kita harus bisa menanamkan karakter memiliki satu sama lain (self-belonging), bukan egosentris saat pandemi Covid-19, sehingga setiap elemen masyarakat bisa saling menjaga satu sama lain.

Lebih lanjut lagi, seperti yang tertulis dalam hadist “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad,ath-Thabrani, ad-Daruqutni). Hal ini menerangkan saat kita berbuat baik kepada orang lain, manfaatnya akan kembali kepad kita. Pemikiran positif seperti inilah yang harus dilakukan saat Corona sudah menyebar di semua lapisan masyarakat.

Sedangkan dalam hal pendidikan, terutama bagi guru dalam segala tingkatan, keadaan seperti ini menjadi pembelajaran yang sangat positif bagi pengembangan kemampuan mereka dalam menghadapi segala situasi yang ada.

Dengan adanya Corona, pengajar ataupun pendidik mau tidak mau, suka tidak suka, harus belajar tentang pembelajaran daring (dalam jaringan). Harus mengenal dengan baik cara- cara pembelajaran online baik melalui Zoom atau Google Meet.

Mereka harus mulai menerapkan sistem penilaian online yang terdengar asing Tetapi dengan selalu berpikiran positif, pendidik dari level SD sampai universitas akan bisa berkembang baik sebagai individu pembelajar maupun sebagai SDM yang “melek” akan digital literacy. Kemampuan yang diperlukan kita semua agar tidak tertinggal jauh dengan masyarakat luar negeri.

Ketika manajemen waktu dan hikmah dilakukan bersama-sama, masyarakat akan lebih mudah mengorganisasikan waktu dengan baik dan memfasilitasi keberhasilan manajemen hikmah. Dengan pengaturan waktu yang efisien dan efektif, masyarakat akan lebih bisa melihat hal-hal positif daripada negatif.

Sebagai contoh saat Hari Raya Idul Fitri, dikarenakan Corona, sebagian dari kita tidak bisa bersilaturahmi dengan orangtua dengan langsung. Kita hanya bisa video call dan minta maaf secara online karena tidak bisa mudik.

Hal positif dari ini adalah kita semakin menghargai waktu. Meskipun dipisahkan dengan jarak, nilai silaturahmi tidaklah berkurang sama sekali. Selain itu, kita melakukan hal ini (sosial distancing) karena sayang dengan orangtua. Kita tidak ingin orangtua sakit karena virus yang mungkin kita bawa dari rumah.

Contoh lainnya, ketika pendidik mempunyai pengelolaan waktu yang baik ketika daring dengan peserta didik, mereka akan merasa lebih terhubung secara sosial meskipun dipisahkan dengan jarak. Mereka lebih bisa melakukan pendekatan ketika ber-Zoom ria atau dengan menggunakan Google Meet dengan anak didiknya.

Pendidik bisa kapanpun, dengan jadwal yang ada, mengedukasi, membimbing dan melihat perkembangan peserta didik secara keseluruhan. Dengan demikian, sistem pembelajaran yang konvensional terbatas dalam satu ruang dan waktu, bisa lambat laun digantikan dengan pembelajaran yang lahir dari tuntutan keadaan seperti sekarang ini.

Lebih lanjut lagi, pendidikan Indonesia insya Allah bisa berkembang dengan adanya problem solving yang kita lakukan bersama-sama. Singkat kata, melakukan manajemen waktu yang berjalan seiring dengan manajemen hikmah, akan menjadikan kita semua pribadi yang melihat sesuatu tidak hanya dari satu sisi.

Selain itu, kita akan termotivasi untuk berpikir out of the box and leave the comfort zone untuk menjadi manusia yang kreatif. Insya Allah, kita akan belajar mengambil hikmah dan mengubahnya menjadi pembelajaran yang bermanfaat. Bukan hanya untuk saat ini, melainkan pula untuk masa yang akan datang. Bukan hanya untuk kepentingan perorangan, melainkan juga untuk kepentingan bersama. Stay Healthy, Stay at Home, and Stay Positive.(*)

Related posts

Relawan Penanggulangan Bencana Mau Dibawa Kemana

neodemokrasi

SAK EMKM dan Penerapannya

neodemokrasi

Alternatif Atasi Kemacetan Pelabuhan Ketapang-Gilimanuk

Rizki