Pasuruan. NEODEMOKRASI.COM. Pernyataan Yahya Cholil Staquf selaku Ketum PBNU bahwa NU tidak boleh jadi alat politik parpol manapun, termasuk Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Hal ni diamini oleh Ketua Majelis IPNU ikatan Pemuda NU Jawa Jawa Timur H.Muzammil Syafi’i, SH, MSi. Bahkan, laki laki yang akrab dipanggil ‘Buya” ini mendukung terkait statemen Ketua Umum PBNU terpilih bahwa NU bukan alat politik satu partai, tetapi bahwa NU itu milik semua partai yang ada di Indonesia. Gus Yahya juga kembali menegaskan bahwa pada pilpres 2024 nanti, pihaknya menolak PBNU untuk mencalonkan Capres atau Cawapres .
” Saya sangat setuju dengan pendapat Gus Yahya. Juga sikap yang bijak sekali jika NU kembali ke Khittah 1926, karena NU adalah ormas terbesar di dunia bahwa NU tidak kemana-mana tapi NU ada dimana-mana. NU mengutamakan politik kebangsaan, bukan condong kepada salah satu golongan.”. terang Ketua Majelis IPNU ikatan Pemuda NU Jawa Jawa Timur H.Muzammil Syafi’i yang juga sempat menjabat Wabup Pasuruan periode 2003-2008.
Selanjutnya, Gus Yahya juga menambahkan bahwa relasi NU dengan PKB itu alamiah sekali. Karena sesuai sejarah berdirinya PKB, diinisiasi dan dideklarasikan oleh pengurus-pengurus PBNU,. Tetapi tidak berarti NU itu milik partai PKB. NU juga tidak boleh jadi alat PKB atau dikooptasi dengan PKB. Pihaknya juga tidak menampik kalau PBNU memiliki hubungan erat dengan PKB. Namun, hal itu tidak serta-merta membuat PBNU menjadi alat pemenangan PKB.
Muzammil yang juga ketua fraksi Nasdem DPRD Jatim mencontohkan Pilkada, bahwa ada beberapa kandidat bertarung dari berbagai partai, disana lebih bijak jika NU tidak mendukung salah satu kandidat tetapi memberi perlindungan kepada semuanya. Dalam artian menghormati perbedaan, memberikan pengarahan atau pembinaan agar tidak terjadi gesekan di tengah masyarakat karena perbedaan pilihan.(nora)