Neo-Demokrasi
Ekbis Jatim Umum

Karier Moncer Karena Bekerja Baik, Lurus , Jujur dan Gak Neko Neko

Rizyana Mirda, Direktur Resiko Bisnis Bank Jatm

Surabaya. NEODEMOKRASI.COM. Supel, humble dan religius, itulah kesan pertama yang muncul dari sosok Dr Rizyana Mirda, Direktur  Resiko Bisnis Bank Jatim sekaligus  satu satunya perempuan di jajaran pimpinan  Bank Jatim yang me njabat sejak 2017.  Selain pekerja keras, ia memiliki etos dan komitmen tinggi terhadap bidang yang digelutinya. Satu lagi,   sifat sense  of curiosity  yang  tinggi, ia terus belajar dan  tak jenuh menggali ilmu, berkreatifitas dan berinovasi  agar terus bisa berkontribusi  dalam membangun Bank Jatim serta pengabdian maksimal pada lembaga yang ia pimpin.

Jabatan yang diemban di pundaknya saat ini,  tidak datang  secara instant.  Ada  sejuta kisah  menarik untuk diulik  tentang perjuangan, perjalanan pahit, tangis dan suka duka  membangun kariernya.  Mengawali karier benar benar dari bawah dan hanya berbekal ijasah SMA.  Merintis karier perdana sebagai  teller di cabang utama(1988-1991). Lalu di SA, kinerjanya yang bagus, Mirda berkesempatan disekolahkan Bank Jatim di program Pendidikan Luar Negeri di LPPI, dimana ia sempat study 3 bulan di Amerika Serikat.  Sepulagnya, ia dipercaya menjadi staf  ekspor Impor,(1991-1993).

Dedikasi dan kerja kerasnya berbuah promosi jabatan sekretaris. Kariernya terus meroket naik menjadi Kepala Seksi Export Impor  (1997). Lalu  dari sini menjabat Kepala Seksi Export Impor Juanda (2002).   Dari Surabaya pindah ke Malang untuk menjabat wakil pimpinan cabang  mendampingi Pak Soeroso (2004-2006). Pada 2006-2009 dpercaya menjadi Pimpinan Cabang  di Batu Malang.(2006-2009). Balik lagi ke Surabaya  menjadi pimpinan  Cabang  Tanjung Perak (2009-2010). Terus berproses dan dipromosikan menjadi Kabag Luar Negeri dan Kabag Pengembangan produk tahun  2013.  Pindah sebagai Pincab Gresik hingga 2015  promosi sebagai Pincab Madiun. Di era Dirut Bank Jatim dipegang Pak Soeroso, Mirda  dipromosikan menjabat pimpinan  Divisi Resiko Kredit  yang sakah satu tugasnya  menyelesaikan kredit macet .. Pada 2017 sebagai pimpinan  divisi  kredit korporasi sampai akhirnya lolos fit and proper test, ia akhirnya disetujui Gubernur untuk menjabat Diresktur  Resiko Bisnis Bank Jatim.

“Awalnya saya skeptis, karena tanggung  jawabnya besar. Apakah saya mampu? Ada banyak hal non tehnis yang harus bisa kita handel.  Tetapi  karena saya bekerja mulai dari bawah, sedikti banyak sudah punya modal pengalaman. Keyakinan saya waktu itu, pokoknya kerja yang baik ,  jujur, lurus dan gak neko neko.  Jabatan ini adalah amanah, kalau bisa melaksanakan dengan baik, rejeki akan berbanding lurus dengan upaya kita”  cerita  perempuan lulusan  SD Mujahidin Perak, SMPN 2 Surabaya dan jenjang SMA di SMA 6 Surabaya. Sementara  menyelesaikan S1 dari STIESIA Surabaya,dan IBMT,  S2 dari STIE ABI dan prodi S3 di UNTAG Surabaya.

Meski sempat dimutasi ke beberapa  kantor cabang pembantu di Malang, Gresik, Sidoarjo, Batu dan Madiun. Kiprah dan perjalanan panjang  kariernya patut dijadikan inspirasi bagi perempuan perempuan lainnya.  Karena ia menyimpan  sejuta pengalaman hidup yang berbuah banyak hikmah posistif di kemudian harinya.

“ Saya kerja awal tahun 1988, dengan gaji 100 ribu yang waktu itu dipotong  Astek dan lain lain, tinggal 85 ribu.  Tapi jumlah itu alhamdulillah  cukup. Bisa  membantu ibu,   3 adik saya,  kebutuhan saya, tapi tetap bisa saving.  Saat itu,  bisa pegang uang sendiri, rasanya bahagia tak terbayangkan Kalau saat ini  bisa mencapai level ini, juga tidak pernah terlintas di benak saya.  Selama 30 tahun lebih  berkarier di Bank Jatim, Saya hanya bekerja keras , tekun, terus belajar dan  memegang  kejujuran sebagai prinsip utama dalam bekerja ” paparnya mengisahkan masa lalunya.

“Masih segar di ingatan saya kenangan ketika mau jadi sekretaris pak Zuhdi, saya dites ngaji .  Sempat heran juga apa korelasi antara mengaji dengan pekerjaan saya sebagai sekretaris direktur  perbankan?.  Tapi Alhamdulillah karena saya juga lulusan madrasah, jadi saya bisa ngaji dngan baik“ cerrtanya sambil tertawa lepas.

Sejak kecil, perempuan berjilbab ini umbuh dan dibesarkan di lingkungan yang agamis. Meskipun takdir membawanya berkarier di bidang perbankan, motivasi awal bekerja jauh dari  tarjet  money oriented.  Prinsip  bekerja yang terbaik,  kejujuran dan, integritas  dalam bekerja   sangatlah  vital ia aplikasikan dalam meniti kariernya.  Apalagi berkarier di sektor perbankan yang notabene berhubungan dengan urusan uang, butuh  kehati hatian ekstra.  Nasehat dari orangtua dan seniornya di Bank Jatim,  ia jadikan pegangan untuk meniti jenjang karierya.

“Saya bersyukur, karier ini telah memberikan saya kecukupan dalam banyak hal.  Sebagai sulung dari 4 saudara, tentu  beban tanggung jawab ada d pundak saya. Selain membahagiakan ibu saya, memenuhi keinginan yang dulu tidak mampu diraihnya. Menuntaskan kuliah  3 adiknya  yang semuanya laki laki.   Aktif di beberapa kegiatan amal dan yayasan sosial seperti lembaga yatim piatu dan program anak  asuh,  juga program memberangkatkan umroh gratis.   Intinya,  dengan pekerjaan ini saya bisa melakukan banyak hal untuk membahagiakan orang  lain dan menyempurnakan amaliah saya sebagai hamba  yang bersyukur” tambahnya  penuh rasa syukur..

Diakuinya,  sebelum  memiliki kaier moncer saat ini, pada awal kariernya,   ia sempat merasakan  pahit  getirnya kehidupan.  Keinginan untuk lanjut kuliah tak terealisasi karena  selain  tak lulus PMDK, ayahnya  yang  bekerja sebagai pegawai rendahan di  Kantor Pajak  Surabaya Timur. Kayon,  tidak mampu membiayainya jika kuliah di universitas swasta.  Meski memendam kekecewaan,  ia mampu memendam hasrat  untuk kuliah  sambil  terus bekerja membangun masa depan.

“Pada waktu lulus SMA, namanya anak muda,  ada perasaan dan keinginan sama  seperti teman teman ‘gang” saya. Kebetulan semua  lanjut kuliah di Universitas  Negeri Favorit ada yang di ITS,  Unibraw, Unair dan lain lain. Sementara saya  langsung bekerja. Ada perasaan semacam minder dan malu.  Tapi Alhamdulillah,  hikmah yang saya dapatkan membuat  saya  semakin bersyukur.  Karena ketika teman teman saya sudah lulus dan jadi  sarjana, mereka bingung mencari pekerjaan. sementara posisi saya sudah settled” imbuh perempuan  asli kelahiran  Surabaya, 28 Agustus 1969 ini.

Impian dan harapan untuk bisa kuliah  akhirnya  datang menghampirinya seiring  kariernya yang mulai beranjak naik. Di Bank Jatim, karier Mirda tidak hanya mulus, tetapi manajemen Bank Jatim  juga mendukung dan memberinya banyak kesempatan untuk bisa lanjut studi baik di dalam negeri maupun di luar negeri.   Mirda yang sellalu haus ilmu mengambil berbagai kursus singkat dan program pelatihan  untuk memperkaya ilmu perbankan. Mengambil kursus akuntansi, bahasa Inggris, ekspor impor dan keterampilan lainnya. Sambil terus bekerja dan membangun karier,  Mirda juga sukses menuntaskan jenjang S1, S2 dan S3 dengan lancar.

Meski sudah menduduki puncak karier, perempuan yang  tetap low profile mengaku tidak ada yang istimewa dari dirinya dan merasa biasa biasa saja. Ia merasa tidak lebih hebat dari perempuan perempuan rumahan alias ibu rumah tangga yang  mengabdikan seluruh waktu dan hidupnya  untuk membangun keluarga dan mendukung karier  suaminya.

“Menurut saya,  di balik pria sukses,  ada  perempuan hebat di belakangnya. Saya rasa perempuan hebat itu bukan hanya perempuan yang kariernya sukses, tetapi juga  para istri istri yang notabene ibu rumah tangga  yang mampu memenej penghasilan suaminya, mendukung kariernya  Mampu memenej  urusan  domestik rumah tangga dan anak anaknya.  Ketika  suami tidak terbebani urusan domestik, ia bisa fokus bekerja dengan baik dan sukses” kilahnya.

Setbagai prakstisi  perbankan, kelak ketika pada masanya nanti  jabatan usai dan pensiun. Dirinya berkeinginan  mengajar. Karena baginya, mengajar tidak sekedar  proses transfer knowledge semata, tapi juga transfer of value , di mana  seorang dosen tidak sekedar membangun sisi intelektualitas tapi juga mengajarkan prilaku positif, mengembangkan potensi dan kreatifitas mahasiswa. Setidaknya, ketika sudah tidak disibukkan dengan karier. Ia ingin tetap berkontribusi  dalam ikut membangun  generasi muda  yang  tidak hanya piawai ilmu perbankan, tetapi juga berahlaqul karimah dan menjalankan profesinya. (nora)

 

Related posts

Dukung Gerakan Merdeka Berkarir, Bank Jatim Salurkan CSR ke Disnakertrans Jawa Timur

neodemokrasi

Menteri ESDM Nyatakan Pasokan Listrik Jatim Aman

Rizki

Bayar Pajak dan Tiket Wisata Lebih Mudah dengan Bank Jatim

neodemokrasi