Neo-Demokrasi
Ekbis Headline

PGN dan PRPP Kerja Sama Penyediaan Gas GRR Tuban

Penandatanganan HoA penyediaan gas bumi di Grass Root Refinery (GRR) Tuban.

Jakarta, NEODEMOKRASI.COM – Subholding gas Pertamina PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk sebagai dan PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP) menandatangani Head of Agreement (HoA) kerja sama penyediaan gas bumi di Grass Root Refinery (GRR) Tuban. Dengan ini, PGN siap menyediakan infrastruktur pendukung untuk penjualan gas ke PRPP. Baik melalui Land Based LNG Terminal maupun Pipeline & Stations.

Penandatanganan HoA dilaksanakan oleh CEO Subholding Gas PT PGN Tbk M. Haryo Yunianto, President Director PRPP Reizaldi Gustino, dan Director of Finance & General Support PRPP Pavel Vagero. Acara ini disaksikan oleh Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati dan Direktur Logistik & Infrastruktur PT Pertamina Mulyono.

Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati mengatakan bahwa keberhasilan proyek GRR Tuban nantinya memiliki nilai strategis bagi Pertamina dan Indonesia. Ini akan menjadi integrated refinery and petrochemical pertama di Indonesia.

GRR Tuban akan menghasilkan produk petrokimia yang saat ini masih didominasi oleh impor. Sehingga akan menjadi salah satu langkah bagi Indonesia untuk memperbaiki neraca perdagangan dengan mengurangi impor petrochemical.  “Dengan kita sudah memproduksi petrochemical, maka ini menjadi strategi bisnis Pertamina dalam menghadapi transisi energi ke depan,” kata Nicke, Senin (18/4).

Nicke mengatakan, pembangunan integrated refinery petrochemical ini membutuhkan investasi yang besar. Pertamina berupaya untuk menurunkan investasi melalui integrasi. Dengan integrasi ini, beberapa utility tidak perlu dibangun karena mengoptimalkan apa yang sudah dimiliki oleh Pertamina Group dan bisa menurunkan capital expenditure (capex).

“Dari sisi Pertamina Group, sinergi ini adalah sinergi yang harus saling menguntungkan. Kita akan menggunakan market price sebagai dasar mengambil keputusan dan competitiveness,” ujar Nicke.

Pihaknya juga tetap berharap dapat mendorong efisiensi. Pasalnya, pada akhirnya ketika efisiensi terjadi akan meningkatkan profitability dan dikonsolidasikan ke Pertamina Group. “Ini langkah untuk membesarkan Pertamina Group lebih kuat ke depan,” imbuhnya.

Selaras dengan Nicke, Direktur Logistik & Infrastruktur PT Pertamina Mulyono mengungkapkan bahwa pembangunan GRR Tuban mengedepankan efisiensi. “Menurut kami ini sinergi yang luar biasa sekaligus untuk efisiensi dalam membangun pipa dari GRR Tuban ke TPPN sekitar 3 km. Pembangunan pipa ini bisa mengurangi biaya pembangunan 3 tank di GRR Tuban dan 2 jetty,” papar Mulyono

Dengan volume kebutuhan gas sebesar 227 BBTUD pada tahun 2027 dan 351 BBTUD pada tahun 2028-2046, PGN berkomitmen penuh sebagai agregator pemenuhan energi gas bumi ke GRR Tuban.

GRR Tuban terletak ±55 km dari pipa transmisi Gresik- Semarang (Gresem). Pipa Gresem terhubung dengan Pipa EJGP, pipa hulu di area Jatim, dan pipa Kalija di Jawa Tengah. Sehingga hal ini dapat dilakukan integrasi infrastruktur pipa dan LNG untuk menyalurkan gas ke kilang Tuban.

“Terlepas dari perkembangan situasi global saat ini yang cukup berpengaruh terhadap Pertamina Group, kami tetap memastikan No Point of Return untuk terus mewujudkan pembangunan kilang GRR Tuban yang diproyeksikan akan beroperasi di akhir tahun 2027 mendatang,” tegas Reizaldi Gustino.

Reizaldi melanjutkan bahwa penandatanganan HoA ini dapat menjadi langkah nyata sinergi Pertamina Group. Nantinya dapat memberikan dampak positif dari segi optimasi CAPEX maupun OPEX, dampak lingkungan, serta terjaganya kehandalan Kilang GRR Tuban.

PGN dan PRPP akan mengelola integrasi jadwal penyediaan gas terhadap master schedule project GRR Tuban. Serta mengidentifikasi scenario pemenuhan gas dengan pasokan LNG portofolio Pertamina dan gas gas pipa yang paling optimal.

Untuk supply LNG, kilang PRPP telah menyediakan lahan dan akan membangun jetty untuk sandar kapal besar. Termasuk incoming LNGC. Dengan begitu, skenario supply LNG dengan moda land based LNG terminal lebih feasible.

Pembangunan integrated refinery petrochemical ini juga menjadi mitigasi dari business risk Pertamina ke depan agar semakin sustain. Ketika demand BBM menurun, maka kilang Pertamina akan memproduksi petrokimia dan dapat membangun infrastruktur turunannya.(dan)

Related posts

Vaksinasi di Kota Mojokerto Sudah Mencapai 70 Persen

Rizki

Terpleset di Sungai, Kakek Tewas

Rizki

Bank Mandiri Ekspansi Platform Kopra

Rizki