Neo-Demokrasi
Opini Umum

Peran Program Merdeka Belajar dan Merdeka Berbudaya Bagi Proses Belajar Siswa

Aulia Aldania S
Siswi SMA Negeri 2 Madiu

Pendidikan merupakan proses terpenting untuk menyiapkan sumber daya manusia dalam pembangunan bangsa dan negara. Maka dari itu, pendidikan juga sebagai sarana pengembangan kompetensi berpikir, bertindak, dan hidup menjadi bagian masyarakat dunia. Pada perkembangan globalisasi sekaligus era revolusi industri 4.0 saat ini yang ditandai perkembangan luar biasa pada bidang teknologi terutama internet, telah banyak perubahan yang terjadi, baik dari struktur sosial, ikatan sosial, interaksi sosial, dan lain sebagainya yang membuat kita semua bergantung pada internet, mulai dari bekerja, berbisnis, hingga proses belajar mengajar.

Pendidikan 4.0 merupakan fenomena sekaligus program untuk menyiapkan dan merespon kebutuhan revolusi industri 4.0 dengan konsep belajar cerdas demi mewujudkan pemerataan kualitas pendidikan, mewujudkan pendidikan kelas dunia yang menghasilkan keterampilan kolaborasi, komunikasi, berpikir kritis dan kreatif, sekaligus perluasan akses pendidikan di penjuru negeri dengan penyesuaian kurikulum baru saat ini. Fenomena ini tentunya didukung oleh pemanfaatan teknologi yang semakin berkembang.

Pada era ini guru sebagai tenaga pendidik harus memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, penilaian formatif untuk menguji kemampuan siswa, dan lain-lain. Selama ini, guru mengajarkan mata pelajaran dalam jumlah banyak yang terkadang tidak sesuai dengan bakat dan minat serta potensi siswa, sehingga menimbulkan kesulitan untuk memahami dan menyukai suasana pembelajaran tersebut. Sebagai contoh, jika seorang siswa merasa lebih pintar fisika dibandingkan dengan biologi, tetapi siswa tersebut dituntut untuk belajar biologi juga, dan tentunya dengan nilai yang baik bahkan sempurna. Hal tersebut tentunya membuat ketidaknyamanan dalam belajar

Maka, terkait permasalahan di atas diperlukan sebuah perubahan sistem yang dapat menjadikan pendidikan di Indonesia lebih baik. Sistem tersebut perlu dimulai dari kenyamanan dan kemerdekaan siswa dan guru untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Terlebih lagi jika siswa dapat belajar secara menyenangkan berdasarkan bakat, minat, dan potensinya yang dapat menunjang karirnya di masa depan.

Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menerapkan program pendidikan “Merdeka Belajar” yang menjadi arah pembelajaran ke depan. Program tersebut terdiri dari empat program utama, yaitu Penilaian USBN Komprehensif, UN diganti dengan asesmen penilaian, RPP dipersingkat, dan zonasi PPDB lebih efektif dan fleksibel. Penerapan program ini diperlukan perubahan kurikulum sekolah dan pembelajaran; perubahan manajemen pendidikan nasional, dan perubahan manajemen pendidikan daerah dan otonomi sekolah.

Kata “Kemandirian” adalah kunci dari konsep Merdeka Belajar, beranjak dari filosofi Ki Hajar Dewantara, yang merupakan Bapak Pendidikan Nasional. Beliau mengajarkan sebuah slogan, yaitu ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani. Bahwa sebagai pendidik, di posisi manapun berada, harus selalu memberi dukungan, pengaruh, saran dan masukan, juga selalu memberi motivasi, semangat serta tidak lupa untuk selalu memberi teladan yang baik bagi anak didiknya. Tentunya slogan tersebut tidak sekadar yang kedengarannya indah, tetapi juga harapan untuk dunia pendidikan di Indonesia.

Program Merdeka Belajar diharapkan dapat menambah kemandirian siswa untuk belajar dan mengeksplorasi bakat dan minat nya dalam hal positif. Tugas guru hanya memberi arahan dan penjelasan sekilas terkait materi pembelajaran. Siswa dipersilakan mencari dan menggali segala sumber belajar, sehingga dapat menemukan metode, penjelasan, dan style belajar yang sesuai. Merdeka Belajar menjadi salah satu program untuk menciptakan suasana belajar di sekolah yang bahagia serta menyenangkan bagi peserta didik maupun bagi guru.

Meskipun belum berjalan lama, program ini telah memiliki beberapa dampak baik, khususnya di sekolah saya SMA Negeri 2 Madiun. Pada kelas 10, kami diajarkan semua mata pelajaran, baik dari rumpun MIPA maupun IPS, tetapi hanya beberapa materi yang tidak terlalu mendalam dan hanya untuk ‘pengenalan’ saja seputar mata pelajaran tersebut. Saat kelas 11 nanti, siswa dipersilakan memilih mata pelajaran yang menunjang cita-cita nya. Contohnya saja, jika seorang siswa ingin menjadi dokter, maka mata pelajaran penunjangnya adalah biologi, kimia, matematika lanjut, dan bahasa dan sastra Inggris / fisika.

Adanya “Merdeka Belajar” juga menambah proyek pembelajaran yang dapat meningkatkan kebebasan dan kemandirian siswa dalam belajar. Salah satunya dengan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang merupakan suatu inovasi dari Kurikulum Merdeka yang bertujuan untuk memberikan siswa pengalaman nyata dalam mewujudkan nilai-nilai luhur Pancasila melalui serangkaian aktivitas proyek pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas.

Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) merupakan salah satu bagian dari Implementasi Kurikulum Merdeka. P5 adalah upaya untuk mewujudkan Pelajar Pancasila yang mampu berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, yaitu beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkebhinekaan global, bergotong royong, bernalar kritis, mandiri, dan kreatif. Implementasi Kurikulum Merdeka pada P5 penerapannya tidak termasuk ke dalam pembelajaran mata pelajaran pokok, tetapi memiliki alokasi waktu khusus dari mata pelajaran pokok sehingga siswa memiliki kesempatan untuk dapat mengembangkan kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka dengan belajar dari teman mereka, guru, bahkan sampai pada tokoh masyarakat sekitar dalam menganalisis isu-isu hangat yang terjadi di lingkungan sekitar.

Pelaksanaan P5 di sekolah saya, yakni Demokrasi, Kewirausahaan, dan Kebhinnekaan. Pada tema Demokrasi, siswa diminta untuk berdiskusi dengan masing-masing kelompok tentang penerapan demokrasi di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat yang kemudian diminta untuk menganalisis penerapannya di lingkungan sekolah. Pelaksanaannya bertepatan dengan orasi dan pemilihan ketua MPK dan OSIS. Hal ini dapat membuat siswa memiliki pemikiran dan penalaran yang kritis terhadap fenomena masyarakat terkait demokrasi dan bagaimana cara memecahkan masalah yang ada.

Tema P5 kedua adalah Kewirausahaan yang mendorong siswa untuk berkreasi membuat dan menjual kerajinan kain seperti taplak meja, sarung galon, sarung kulkas, sarung bantal, dan tote bag. Tema kali ini sangat membantu siswa untuk meningkatkan kreativitasnya dalam berwirausaha, menentukan harga, dan menciptakan produk yang bernilai jual tinggi.

Terakhir, tema P5 yang paling menyenangkan menurut saya, yaitu Kebhinnekaan. Setiap kelas mendapat suku yang berbeda untuk ditampilkan berupa kesenian tari, lagu, baju adat, hingga makanan tradisional. Para siswa unjuk kreativitas berbudaya dengan menampilkan berbagai kesenian dan bazar yang mempresentasikan tiap suku tersebut. Ini juga dapat menambah wawasan siswa terkait keberagaman suku dan budaya yang ada di Indonesia, mengingat Indonesia merupakan negara majemuk dengan berbagai suku, agama, budaya, dan ras.

Implementasi Kurikulum Merdeka pada praktiknya baik Merdeka Belajar dan Merdeka Berbudaya dapat membawa dampak baik bagi pembangunan sumber daya manusia khususnya pada bidang pendidikan. Bagi siswa, dapat memberi ruang dan waktu untuk mengembangkan kompetensi dan memperkuat karakter dan profil Pelajar Pancasila, lebih terbuka dan aktif berkontribusi di lingkungan sekitarnya, dan untuk guru dapat mengembangkan kompetensinya untuk bekerjasama dan berkolaborasi dalam merancang setiap alur pembelajaran proyek serta kegiatan belajar mengajar.*

Related posts

Saham “Seri B” Bank Jatim Didominasi Investor Domestik

neodemokrasi

ITS Pertahankan Terbaik di Indonesia versi THE WUR by Subject 2021

neodemokrasi

Pemohon Ogah Tukarkan SIM Sementara di Satpas Colombo

Rizki