Surabaya, NEODEMOKRASI. COM. Data Kepolisian secara nasional mencatat jumlah kejahatan di Indonesia tahun 2023 meningkat hampir 12 ribu kasus. Total ada 288.472 perkara di tahun 2023 atau naik 11.965. jika dibandingkan dengan tahun 2022. Bahkan angka tersebut diprediksi akan terus meningkat di tahun ini. Tragisnya dari tindak kejahatan tersebut pelakunya juga banyak dari anak dibawah umur atau Gen Z Kasus kriminalitas oleh anak dibawah umur cenderung mengalami peningkatan tiap tahunnya, mengacu data dari Polrestabes Surabaya sudah mencatat dan menangani sebanyak 115 kasus mulai Januari-Oktober 2023..Jumlah itu, mengalami kenaikan 20 perkara, dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Untuk 2023 perhari ini ada 76 kasus. Mayoritas adalah 2 pencurian dan 7 kasus kepemilikan senjata tajam (Sajam). Jenis kasus terakhir berkaitan dengan aksi tawuran.
” Berkaitan dengan prilaku kriminalitas dan kejahatan oleh anak , pertama mungkin kalau kita melihat dari tontonan dan yang kita sering saksikan ya apalagi lain terkaitan dengan media sosial maupun gambaran-gambaran dari YouTube atau film-film. Hampir semuanya kan sekarang tidak lagi bisa dibatasi. Saya kira ini peran pemerintah untuk memberikan perhatian khusus . Sehingga kemudian anak-anak tidak bebas menonton apapun yang mereka bisa tonton. ” kata politisi perempuan PKS, Hj Lilik Hendarwati.
Lebih lanjut dikatakannya penyebab bebasnya berbagai pengaruh zaman sekarang memasuki anak anak , karena mereka pegang HP di tangan mereka masing-masing, sehingga bebas mengakses apapun materi yang muncul di media.
Kemudian kedua , kaitan dengan dunia pendidikan sendiri anak-anak di sekolah juga memang harus mendapatkan perhatian lebih untuk tidak sekedar bahasa belajar mengajar Tapi betul-betul mendidik dan sekarang kan penguatan karakter sesuai umur yang cocok .
“Jadi kalau di sekolah itu seingat saya dulu itu Salah satu perannya kan bagaimana guru itu juga memberikan perhatian yang lebih kepada anak-anak Baik yang berkaitan dengan pola karakter maupun materi pelajaran dan sebagainya.” lanjutnya.
Menurut anggota Komisi C DPRD Jatim ini sebagian besar guru sekarang malah terbebani oleh administrasi. Sibuk pada saat saat yang tidak tepat. Padahal justru mereka perlu untuk membuat pendekatan kepada anak-anak, bukan malah sibuk menyelesaikan tugas-tugas administrasi. Biar tidak sampai bawa pekerjaan dan tugas tigas sekolah ke rumah. Kalau dibawa ke rumah nanti masalah sendiri lagi karena memakan waktu yang seharusnya diperuntukkan untuk keluarga. Karena ini sangat terkait dengan ketahanan keluarga.
Menurutnya, hal yang seperti itu yang juga perlu mendapatkan kebijakan dari sistem lembaga. Sebenarnya mungkin kalau lembaganya kan juga tuntutan dari atas. dari dinas pendidikan sendiri. Kenapa justru sekarang semua gurru sibuk dengan mengerjakan administrasi lebih dari yang dulu? Sebenarnya sudah jadi keluhan dari guru-guru. Kok sekarang beban jadi begitu banyak?. Kurikulum Merdeka memang mengharuskan guru lebih kreatif, berkreasi, berinovasi, meskipun kemampuan masing-masing orang tidak semuanya melek tehnologi.. Kemudian bebannya terlalu besar harusnya mungkin perlu dikurangi.
“Saya iinget dulu ada seorang bapak-bapak yang menyampaikan ke saya , bahwa dia dulu cari istri guru karena dia pikir begitu pulang ke rumah ya sudah waktu untuk keluarga. Ternyata sekarang enggak. Sepulang sekolah masih harus mengerjakan macam-macam tugas. Jangan kan didekati. Kita masuk kamarnya udah bad mood aja dia.
“Memang faktor ekonomi ikut ambil peranan. D isaat kondisi ekonomi berat seperti saat ini, sehingga bapak ibu semuanya harus aktif dalam aktivitas perekonomian untuk menguatkan ekonomi keluarga. Akhirnya anak-anak juga perhatiannya juga kurang. Di sekolah guru ini sudah perhatian terhadap anak-anak kurang. Di rumah juga sudah seperti itu. Anak-anak kemudian mencari pelarian. Pelarian itu bisa dengan tontonan, dengan hal-hal yang ada di sekitar mereka. Yang itu kemudian dampaknya itu tadi anak-anak menjadi bebas.” ujar istri salah satu Guru Besar ITS ini.
Lebih jauh politisi perempuan PKS ini mengatakan bahwa untuk menekan jumlah kenakalan anak dan remaja, orangt ua harus mau mendidik secara aktif dan intensif. Jangan hanya mengandalkan pendidikan guru di sekolah semata. Karena beban tanggung jawab dan tugas guru sendiri sudah banyak, jadi tak mungkin bisa monitoring anak didik secara intens. (nora)