Malang, NEODEMOKRASI.COM – Pemahaman ilmu terkait kebencanaan harus terus digalakkan. Apalagi, bagi para santri yang berada di pondok pesantren yang rentan bencana. “Bagaimana kita harus dapat memahami cara memitigasi dari ancaman yang ada. Apalagi, bencana merupakan konsekuensi yang dilakukan dari apa yang kita lakukan,” ungkap keluarga Pengasuh PPPI Jeru Tumpang KH Muhammad Ikhwan Mahmudi.
Hal ini ia ungkapkan saat ponpesnya menjadi lokasi kegiatan Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) yang diadakan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur.
PPPI Jeru Tumpang yang berada di Jalan Masjid Jeru Gg Krajan, Jeru, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, menjadi sasaran SPAB yang diadakan oleh fasilitator Sekber Relawan Penanggulangan Bencana (SRPB) Jawa Timur. Tiga fasilitator, yakni Djumadi, Yan Aditya Putra, dan A. Khairus Shafi melatih sekitar 100 santri, ustaz, maupun ustazah.
Menurut KH Muhammad Ikhwan Mahmudi, lingkungan pondok pesantren di dalamnya terdapat 24 jam aktivitas yang perlu dikaji secara maksimal, terkait dengan kebencanaan. Tujuannya agar meminimalisir risiko yang ditimbulkan.
Sementara, Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan (PK) BPBD Kabupaten Malang Zainuddin mengatakan, wilayah di Kabupaten Malang memiliki ancaman cukup banyak. Setidaknya ada 12 ancaman bencana. ”SPAB merupakan bentuk peningkatan kapasitas, terutama terkait mitigasi bencana. Kejadian di Pondok Al Khoziny menjadi pemicu untuk peningkatan kapasitas di lingkungan pondok pesantren,” jelasnya.
Sedangkan Plt Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan (PK) BPBD Jawa Timur Dadang Iqwandy mengatakan bahwa kegiatan SPAB ini merupakan salah satu usulan program dari anggota DPRD Jatim Hikmah. “Para santri akan mendapatkan ilmu terkait mitigasi bencana, termasuk dengan kerentanan dan ancamannya,” katanya.(dan)